Cak Nun : Logika salah kaprah di Negri Indonesia

Emha Ainun Najib atau yang akrab disapa Cak nun mengatakan, bahwa saat ini banyak cara berpikir yang salah kaprah diantara pejabat dan tokoh yang ada di negeri ini.

Hal tersebut beliau sampaikan dalam sebuah sesi dialog dengan jamaah Majelis Maiyah Padhangmbulan, di kabupaten Jombang Hari Minggu 12 januari dini hari.

Cak Nun : Umat Islam mau menjalankan Syariatnya kok dibilang anti NKRI.

 “Sebagai contoh, Kalau ada orang Islam mau menggunakan haknya menjalankan syariat, langsung dicap sebagai pihak yang akan menghidupkan posisi Negara agama, Bagaimana ini ? Logikanya salah kaprah, Tidak paham apa itu agama, Bangsa ini sudah jelas menggunakan Sila Ketuhanan yang Maha Esa, lha kalau tidak pakai pedoman agama, lantas pakai pedoman apa ? Apa gunanya Sila Ketuhanan Yang Maha Esa “? Tanya Cak Nun.

“Logika yang digunakan sudah tidak karu-karuan, Apapun itu, kalau tidak menguntungkan kelompoknya, akan dianggap salah. Dan melanggar, Ukurannya sangat tidak jelas,” tambah Cak nun.

Oleh karena itu Cak Nun lantas mengajak jamaah Maiyah yang hadir untuk menggunakan logika sederhana, “Saya coba secara simpel saja. Kalau ada orang bilang, misalnya, pihak A  mengatakan harga ini 70 ribu rupiah. Ini murah sekali.
Sementara pihak B mengatakan harga ini 50 ribu rupiah, ini yang murah. Coba perhatikan, sama-sama menggunakan kata MURAH, namun sudut pandangnya berbeda, “

Maka dalam konteks lain logika itu dipakai, contohnya membahas NKRI atau Kebhinekaan, logikanya juga akan sama. Kelompok A mengatakan cinta NKRI, dan menyebut kelompok B anti NKRI.

“Mereka mengaku paham kebhinekaan tetapi mereka menolak adanya kebhinekaan.  Bukankah itu hal yang Parah?.  Mengakunya menjunjung tinggi kebhinekaan tetapi mereka menolak Islam,  lha Islam itu kan bagian besar dari bangsa ini sehingga disebut bhineka.”

Maka Cak Nun menilai, hari hari ini Islam itu selalu dibuat salah. Anehnya lagi, malahan banyak yang membuat Islam itu salah, juga ada orang Islam itu sendiri, baik tokoh maupun pejabat. Karena mereka nyaman dengan kelompoknya, bekerja dan hidup dalam kelompoknya, hingga tanpa sadar mereka telah ikut merendahkan Islam.”